Fenomena Rojali dan Rohana: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Kata Perencana Keuangan!
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3152885/original/014322900_1592208164-20200615-Mal-di-Senayan-Kembali-Dibuka-saat-PSBB-Transisi-HERMAN-6.jpg)
Belum lama ini, media sosial dihebohkan dengan istilah "Rojali" dan "Rohana." Fenomena ini merujuk pada gaya hidup hemat ekstrem, di mana seseorang rela melakukan hal-hal yang dianggap aneh atau tidak biasa demi menghemat uang. Mulai dari makan nasi dengan kuah mie instan hingga tidur di emperan toko, aksi-aksi ini mendadak viral dan memicu perdebatan di kalangan masyarakat.
Namun, di balik kehebohan tersebut, muncul pertanyaan: mengapa fenomena Rojali dan Rohana bisa begitu marak? Apakah ini hanya sekadar tren sesaat, atau ada faktor lain yang mempengaruhinya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami berbincang dengan seorang perencana keuangan profesional, [Nama Perencana Keuangan], untuk mendapatkan pandangannya.
Lebih dari Sekadar Hemat: Healing dan Rekreasi
[Nama Perencana Keuangan] menjelaskan bahwa fenomena Rojali dan Rohana tidak bisa hanya dilihat sebagai tindakan hemat semata. "Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Selain sebagai bentuk rekreasi dan mencari perhatian di media sosial, masyarakat saat ini cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Kondisi ekonomi yang tidak pasti, inflasi, dan meningkatnya biaya hidup menjadi pemicu utama," ujarnya.
Lebih lanjut, [Nama Perencana Keuangan] menambahkan bahwa fenomena ini juga bisa menjadi bentuk healing atau penyembuhan diri. "Bagi sebagian orang, hidup sederhana dan jauh dari kemewahan bisa memberikan ketenangan dan kebebasan. Mereka merasa lebih bahagia dengan apa yang dimiliki, tanpa harus mengejar gaya hidup mewah," jelasnya.
Tips Bijak Mengelola Keuangan di Era Rojali dan Rohana
Meskipun hemat itu penting, penting untuk diingat bahwa hidup yang berlebihan juga tidak baik. Berikut beberapa tips bijak mengelola keuangan di era Rojali dan Rohana:
- Buat anggaran bulanan: Catat semua pengeluaran dan pendapatan Anda.
- Prioritaskan kebutuhan: Bedakan antara kebutuhan dan keinginan.
- Hindari utang konsumtif: Jangan berutang untuk membeli barang-barang yang tidak penting.
- Investasi: Sisihkan sebagian kecil dari pendapatan Anda untuk investasi jangka panjang.
- Cari penghasilan tambahan: Jika memungkinkan, cari pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan.
Kesimpulan
Fenomena Rojali dan Rohana adalah cerminan dari kondisi ekonomi dan sosial yang sedang terjadi. Meskipun terlihat ekstrem, fenomena ini bisa menjadi pengingat bagi kita untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menjalani hidup yang lebih sederhana. Ingatlah, kebahagiaan tidak selalu diukur dari seberapa banyak uang yang kita miliki, tetapi dari seberapa bijak kita menggunakannya.